Mengakhiri Masa Gapyear
Lama sekali tidak menulis blog karena aku saat ini sedang mencoba freelance menulis di platform lain. Namun, tenang saja kali ini aku akan bercerita yang paling sering ditanyakan sejak tahun lalu. Aku ingin bercerita tentang masa gap year selama satu tahun ini.
Cerita ini dimulai sejak aku memutuskan untuk berhenti kuliah setelah beberapa minggu terdaftar di salah satu universitas. Banyak sekali pertimbangan dan keputusan yang mungkin gak tepat. Keputusan di masa lalu tersebut gak bisa aku sesali dan berandai andai untuk mengubahnya. Yang bisa aku lakukan ya, menerima. Menerima kalau itu memang sudah jalannya. Menerima kalau mungkin di jalan ini ada rencana yang lebih baik.
Waktu itu, ada beberapa jurusan yang ragu untuk aku ambil dan ada juga jurusan yang tidak menerima aku hihi. Pada masa awal gapyear aku mencoba mencari hal-hal positif yang bisa aku lakukan selama satu tahun. Mungkin aku bisa traveling, bersosialisasi, dan aktivitas di luar yang menyenangkan. Ternyata, masa pandemi belum juga berakhir. Jadi, aku memutuskan untuk melakukan aktivitas di rumah saja.
Aku mencoba untuk membuat tulisan-tulisan artikel, part-time, mengikuti webinar, menghabiskan buku-buku yang belum sempat terbaca. Bukan hanya itu, aku juga belajar memasak, mencari hobi baru, menyelesaikan pekerjaan di rumah, dan memperbarui kebiasaan baik.
Tentunya tidak mudah untuk selalu produktif, apalagi sendirian. Aku juga tahu, kalau ada semangat, pasti ada masa di mana aku malas. Kalau sedang malas, ya sudah nikmati saja dulu. Bukan hanya semangat dan malas, rasa senang dan sedih pun datang bergantian.
Aku bersyukur sekali, masih ada support dari keluarga dan beberapa temanku. Walaupun mereka ada, namun support system terbaik kita ya diri kita sendiri.
Masa gap year ini, masa aku untuk transisi menjadi pribadi yang lebih baik lagi, lebih bisa mengelola emosi, lebih berkesadaran, dan lebih mengerti diri sendiri. Aku tidak menyesal untuk menghabiskan satu tahun ini karena ada banyak hikmah yang bisa aku ambil.
Terima kasih ya untuk orang-orang di sekitar aku yang baik dan tidak pergi.
Untuk orang-orang yang bertanya, kenapa hanya menceritakan yang baik-baik saja?
Oh iya, ada orang yang menyebarkan sisi gelap dan terang. Ada juga orang yang hanya memperlihatkan sisi terang. Jangan salahkan mereka yang hanya menampakkan sisi terang itu, juga jangan hakimi mereka yang memperlihatkan sisi gelapnya. Kita ini sama sama memiliki kedua sisi tersebut, namun bagaimana perspektif kita saja. Kalau aku, aku cenderung memilih ingin menampakkan lebih banyak sisi terang, karena aku percaya kalau hal hal positif itu bisa menular. Namun, kamu juga perlu ingat, kalau aku juga banyak sekali kekurangan. Jadi, kita sama sama belajar jadi orang yang lebih baik yuk.
Semoga kamu, tetap sehat, semangat, dan bahagia ya.
Komentar
Posting Komentar