Standar Society
"Loh, kamu kan dapet ranking kok gak masuk negeri? Aku aja males malesan dapet ptn."
"Iya, selamat. Lalu?"
Kalian pasti pernah denger kan percakapan di atas, ada juga yang seperti ini.
"Kalo mau sukses ya jadi dokter."
"Loh gap year, ngapain? Buang buang waktu"
"Umur 25 keatas harusnya udah nikah loh.."
"Perempuan gak usah sekolah tinggi tinggi nanti gak laku."
"Kok udah nikah, gak punya anak sih."
Dan banyak hal hal lain yang dijulidin.
By the way, terima kasih sudah mampir blog tulisan tika, semoga hal hal baik datang pada kalian.
Oh iya, kali ini aku mau bahas standar society yang terjadi di sekitar. Sebelumya kalian pernah nggak sih bertanya, siapa sih yang nyiptain standar standar di atas?
Menurutku, yang menyiptakan standar standar yang ada yaa masyarakat sebagian besar itu sendiri. Misal, di kita standar kecantikan itu kulit putih, padahal di belahan bumi lain standar kecantikan itu berkulit sawo matang karena terlihat lebih manis.
Kadang kita suka terjebak sama standar society yang ada. Kemarin, aku sedikit berdiskusi dengan seorang teman.
Gimana caranya biar gak terjebak standar itu?
Menurutnya, kita harus bisa memilah mana yang baik buat diri kita dan membuat standar diri, mungkin seperti prinsip pribadi agar tidak mudah terbawa arus.
Menurutku, memang standar society membuat kadang membuat kita insecure, tapi bukankah ada standar dari Pencipta kita? Yang jadi pedoman dari lahir sampai kita mati? Kenapa kita gak pake standar itu saja.
Dan positifnya standar society, kita gak harus memenuhi standar tersebut tapi kita bisa mendapat motivasi dari itu. Kita bisa belajar dan menjadi lebih baik.
Jadi, kita kontrol apa yang kita bisa ubah aja, bukan yang gak bisa kita ubah.
But society is funny.
They ask you to be yourself and then they judge you.
Gapapa, kita gak harus menyenangkan semua orang kok.
Terima kasih, semoga selalu bahagia ya!
Komentar
Posting Komentar